Agama Sama Dengan Dien?

Sabtu, 14 September 2013

Para cerdik cendikia barat sendiri gagal dalam memformulasikan apakah sebenarnya agama itu. Beberapa definisi tentang agama yang mereka kemukakan ternyata lebih banyak dipengaruhi trauma mereka pada keabsolutan kekuasaan gereja pada masa abad pertengahan. Di antaranya adalah F. Schleiermacher yang mengatakan bahwa agama adalah “rasa ketergantungan yang absolut”.
Kalau Scott Peck memaknai agama dengan “takhayul dan dogma yang menghancurkan”. Senada dengan yang dipahami Freud, ia menganggap agama sebagai justifikasi ketidakjujuran dan pelanggaran terhadap intelektual. Scott dan Freud termasuk gambaran orang yang mengidap paham rasionalisme dengan menolak kebenaran wahyu.
Para pegiat revolusi Prancis yang dianggap sebagai penyingkap the dark age di Eropa menuju masa yang mereka sebut sebagai anlightment seperti Voltaire dan Rousseau bahkan membenci agama. Mereka menuduh agama sebagai biang kemunduran bangsa Eropa. Keselamatan (salvation) dapat diraih tanpa bantuan Tuhan. Ilusi inilah yang menyebabkan materi menjadi tujuan utama dunia barat.  Para sosiolog berbeda lagi dalam memandang agama, menurut mereka agama adalah fanatisme. Tampaknya kasus tabloid olahraga pada awal tulisan ini  sebagai contoh konkret bagi aliran ini.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil benang merah betapa telah terjadi kerancuan berpikir (confused thaugth) yang hebat di dunia barat terhadap agama. Beberapa definisi yang mereka kemukakan ternyata lebih merupakan problem baru daripada solusi sehingga berakibat fatal berupa pereduksian yang lancang pada hakikat dan makna agama.
DIEN BUKAN SEKEDAR AGAMA
Dalam bahasa Indonesia kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna, “tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun.” Dalam bahasa Arab dan Semit disebut dien. Dunia barat menyebutnya dengan religion (English), de religi (Dutch), la religion (France), die religion (Germany).
Islam sebagai dien yang hanif terlalu naif jika dimaknai hanya sebagai religion.  Terjemahan kata ad-dien dengan “agama” pada hakikatnya tidak cukup mewakili esensi yang terkandung. Makna itu terlalu sempit. Menurut Abu al A`la al Maududi, ada empat makna dien ; Pertama, ia adalah kekuatan hukum. Dalam Islam konsep peribadatan manusia bukan hanya sekedar level ritual individual saja, tapi ia juga harus diwujudkan pada level komunitas dengan segala aturannya. Salah satu contoh riil judicious power Islam adalah ketika Rasulullah  mengatur masyarakat Islam di Madinah. Begitu juga Rusia dengan komunis sosialisnya dan Amerika dengan demokrasi kapitalisnya adalah gambaran nyata perwujudan sebuah agama.
Kedua, Ketaatan, ibadah dan ketundukan. Karena dengan kehendak Allah  manusia menjadi sesuatu yang wujud (Q.S. al-Mukiminun: 12-14). Salah satu perwujudan rasa syukur dan merasa berhutang budi kepada-Nya adalah dengan taat beribadah disertai penyerahan diri tanpa menyertakan dengan partner apapun. Contoh lain adalah beribadahnya bangsa China kepada Kong Fu Tze semenjak dinasti Han hingga sekarang adalah perwujudan sebuah agama.
Ketiga, ia adalah undang-undang, hukum, kebiasaan, tradisi, pandangan hidup (world view) manusia. Islam adalah dien karena di dalamnya terdapat formal hukum, dogma, ritual dan akhlak. Partai Ba`ats adalah agama, karena ia mempunyai hukum, tradisi dan pandangan hidup sendiri yang sangat berbeda dengan Islam, salah satunya adalah konsep nasionalisme Arab tanpa mengindahkan perbedaan aqidah dan dalam aturan mereka perbuatan zina diperbolehkan
Keempat, ia adalah perhitungan dan pembalasan. Dalam al-Qur`an dien dengan makna ini ada dalam surat al-Fatihah: 4 dan al-Infithar: 17-19. Respons manusia terhadap dien ini ada dua, Tashdiq dan Takdhib. Jika manusia memilih tashdiq (membenarkan) dan beriman, maka pahala adalah balasannya. Sebaliknya, jika ia memilih takdhib (mendustakan) kebenaran dien ini, maka sesungguhnya siksa Allah  adalah hukumannya.
DISTORSI AGAMA
Jika dilihat dari sisi historis, Islam adalah dien yang paling benar, karena ia adalah dien yang dibawa oleh para rasul dan nabi. Mereka diutus Allah , dengan mengemban misi mengajak manusia kepada Tauhid dan Islam (Q.S. Al Baqarah: 131-132). Dari sisi empirisnya, karena ia adalah dien yang tidak mengalami perubahan dan tetap sempurna semenjak ia diturunkan demi kepentingan manusia (Q.S. al-Maidah: 3)
Setiap manusia pada awal penciptaannya telah memiliki natural tendency yang murni, yaitu pengakuan syahadat (confession of faith) akan penghambaan dirinya kepada Allah. Namun setan sebagai musuh utama manusia selalu menghalanginya dari jalan lurus, menggodanya agar berpaling dari perintah Allah . Awal keberhasilannya adalah ketika sukses menyeret manusia ke dalam gelapnya kemusyrikan pada masa nabi Nuh `Alaihissalam.
Allah mengutus para rasul guna mengingatkan manusia akan janjinya. Di antara manusia ada yang kembali kepada agama fitrahnya (Islam) dan tidak sedikit yang bertahan pada kesesatan. Di antara mereka yang disesatkan setan dengan menganut agama paganisme sebagaimana kebanyakan umat-umat para nabi terdahulu. Ada juga yang beragama politeisme sebagaimana yang ada di Yunani kuno. Atau sebagaimana yang dianut masyarakat Jawa dulu, yaitu agama dinamisme  dan animisme.
Bentuk penyimpangan agama ada juga yang bermula dari dikotorinya dogma-dogma dien yang lurus dengan unsur-unsur kemusyrikan, sebagaimana yang terjadi dalam agama Yahudi dan Kristen. Sebenarnya semua agama wahyu itu satu, yaitu mentauhidkan Allah, menegaskan kebenaran yang disampaikan nabi-nabi terdahulu dan kebenaran final yang dibawa nabi terakhir. Dari sisi dapat diketahui bahwa Allah  tidak memerintahkan kepada nabi Musa dan Isa membuat agama baru, Yahudi dan Kristen.
Agama nabi Musa `Alaihissalam yang murni Tauhid dan Islam diselewengkan dan dicampuradukkan dengan hal-hal mistis.  Mereka lebih mengutamakan Talmud dan Mishnah karangan para rabbi mereka daripada yang terkandung dalam Taurat.  Bahkan sampai sekarang masih tampak di antara orang-orang Yudaism yang mengamalkan ajaran-ajaran mistis dalam tradisi yang disebut Kabbala.
Distorsi dalam agama kristen tidak kalah parahnya. Seorang rasul yang mengajak kepada tauhid Isa `Alaihissalam diasumsikan bahwa dirinya adalah satu kesatuan dari tiga oknum yang divine. Konsili Nicaea  (Council of Nicaea) pada tahun 325 M. yang diprakarsai Constantine (isn’t) the Great semakin mengukuhkan keyakinan ini. Orang-orang Arianism (para pengikut Patrik Arius yang menolak full divinity of Jesus Christ) diuber-uber dan disiksa, dilaknat dan dibunuh. Hal demikian disebabkan karena keputusan konsili yang dihadiri 318 bishop ini adalah mengukuhkan aqidah trinitas yang diusulkan oleh Bishop Alexandria St. Athanasius sebagai agama resmi dalam wilayah kekaisaran Romawi dan melarang ajaran Patrik Arius.
Penyimpangan agama tidak berhenti di situ saja, ia terus menjalar hingga zaman sekarang. Munculnya isme-isme  sebagai agama baru adalah wujud riil dari statemen ini. Rusia dengan komunis sosialisnya dan Amerika dengan demokrasi kapitalisnya adalah gambaran nyata perwujudan sebuah agama baru. Begitu juga dengan Darwinisme dengan teori evolusinya, Marxisme dengan paham agama candunya dan freudisme dengan orientasi seksnya. Dengan perbedaan esensi inilah yang menjadikan para pemikir barat mengalami kerancuan berpikir dalam memahami agama. Dan akibat yang paling fatal dari kegagalan ini adalah terjadinya pereduksian pada makna dan hakikat agama itu sendiri.
PENUTUP
Allah telah menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan manusia dari dien yang dibawa oleh para nabi dan rasul (Q.S. al-A`raf: 172-173). Kelalaian akan mithaq dan taklid adalah faktor determinan yang menyesatkan manusia dari Sabilurrusydi (jalan lurus) menuju kegelapan Sabilul ghaiy (jalan menyimpang). Kebenaran sendiri sudah final, yaitu apa yang telah nabi Muhammad  sampaikan, dan mengikutinya adalah solusi tepat untuk menyelamatkan diri dari jebakan jalan sesat lainnya. “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. AL-An`am:153).Wallahu a`lam.
REFRENSI
1.    Ibn al-Qayyim al-Jauziya, Ighashat al-Lahfan min Mashayid as-Shaithan (Beirut tt) Dar al-Ma`rifah.
2.    `Abdurrahman an Nahlawy, Ushul at-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha (Dimashq 1417 H./1996 M.)
3.    Majalah Islamia th ke-1 no. 3
4.    Ensiklopedi Islam (Jakarta 2002 M.)
5.    Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMI Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Pustaka al-I`tisham (Jakarta 2003 M.)
6.    Microsoft® Encarta® Reference Library 2003. © 1993-2002 Microsoft Corporation.

Ustadz Abu Rusydan Syawal 1434 H


Kajian Islam Ustadz Abu Rusydan Syawal 1434 H



Ustad Abu Rusydan Membedah Syubuhat Kaum Rofidhoh

Pernyataan Ustadz Abu Rusydan tentang fitna syubat yang dihembuskan  Kaum Syiah

Ulama dari 50 Negara SERUKAN WAJIBNYA JIHAD KE SURAIH - Syaikh Arifi

Thoifah al-manshuroh (Kelompok yg selalu di tolong Alloh yg berjuang menegakkan Khilafah di Suriah) DiBenci, Dikepung berbagai bangsa ( AS-Rusia-Liga Arab, Nato, PBB,UE,G8,G20, Asean) Dan Diperangi Tapi Tidak Bisa Dikalahkan."Allahuakbar"

حَدِيثُ يَزِيدَ بْنِ الأَخْنَسِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الآنَ جَاءَ الْقِتَالُ ، لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى النَّاسِ ، يَزْيِغُ اللَّهُ قُلُوبَ أَقْوَامٍ ، فَيُقَاتِلُونَهُمْ ، وَيَرْزُقُهُمُ اللَّهُ مِنْهُمْ ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ ، أَلاَ إِنَّ عُقْرَ دَارِ الْمُؤْمِنِينَ الشَّامُ ، وَالْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. (مسند أحمد - (ج 4 / ص 104)

مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - (ج 4 / ص 350)

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم عقر دار الإسلام بالشام.رواه الطبراني

ورجاله ثقات

"Dari Yajid Bin Akhnas Dari Nabi Muhammad SAW : "Jika Telah Datang Waktunya untuk Berperang, Akan Senantiasa ada Sekelompok Ummatku yang akan dimenangkan atas seluruh Manusia, Mereka di benci oleh berbagai banyak bangsa bangsa, Mereka Di kepung & Diperangi dan Alloh Memberi Rizqi dari yang memerangi mereka (senjata militer dsb) sampai datang ketetapan dari Alloh dan mereka tetap istiqomah ( tidak tergoyahkan), Ingatlah Sesungguhnya Pusat Kekuasaan Kaum Mukminin di Syam dan kuda yg di tambatkan ( Infaq )untuk perang tsb suatu kebaikan yg pahalanya mengalir hingga hari kiamat" ( Musnad Imam Ahmad juz 4 hal 104 )

مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - (ج 4 / ص 350)

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم عقر دار الإسلام بالشام.رواه الطبراني ورجاله ثقات

Rosululloh Saw bersabda " Pusat Kekuasaan Wilayah Islam Di Syam ( HR Thobrani Rijalnya Tsiqoh )

فَقَالَ « عَلَيْكَ بِالشَّامِ فَإِنَّهَا خِيَرَةُ اللَّهِ مِنْ أَرْضِهِ , يَجْتَبِى إِلَيْهَا خِيَرَتَهُ مِنْ عِبَادِهِ , فَأَمَّا إِنْ أَبَيْتُمْ فَعَلَيْكُمْ بِيَمَنِكُمْ وَاسْقُوا مِنْ غُدُرِكُمْ , فَإِنَّ اللَّهَ تَوَكَّلَ لِى بِالشَّامِ وَأَهْلِهِ ».

"Pergilah ke Syam, karena ia adalah bumi pilihan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaikNya untuk ke sana. Jika kalian tidak mau, maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya." (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

سنن الترمذي - (ج 5 / ص 734)

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم طوبى للشأم فقلنا لأي ذلك يا رسول الله ؟ قال لأن ملائكة الرحمن باسطةٌ أجنِحَتَها عليها

"Beruntunglah Syam!" Sahabat bertanya: "Mengapa demikian, wahai Rasulullah?" Lalu beliau menjawab: "Karena sungguh malaikat Allah membentangkan sayap-sayapnya kepada negeri itu."

Sertakan Doa & bantuan ( harta - Jiwa - insyaAlloh pahalanya mengalir hingga yaumil Qiyamah )untuk saudaramu yg dikepung bahaya di suriah, iraq, myanmar, afganistan, pakistan, palestine dsb semoga Alloh selalu memberikan pertolonganNya kepada kaum muslimin & Mujahidin, semoaga Khilafah Islam segera berdiri sehingga penjajahan Dunia atas AS RUSIA & Sekutunya Yahudi & Nasrani Dapat di hentikan. sehingga Khilafah islam segera menyebarkan rahmat & keadilan ke seluruh dunia"amin"

Bukti 2 Video Thoifah Mansyuroh Dikepung Banyak Bangsahttps://www.youtube.com/attribution?v...
From Dipublikasikan pada 25 Jul 2013

Cuplikan Khutbah Syaikh Muhammad al 'Arifi (terjemahan telah direvisi oleh Arrooji Afwa Robbihi) Kalimat pengobar semangat jihad revised
مقطع خطبة الشيخ محمد العريفي


http://www.youtube.com/watch?v=26nlO3aMECY

Menyongsong Amerika di Suriah (Bag.1)

Perang Suriah memasuki babak baru. Setelah tragedi serangan senjata kimia—yang masih saling lempar siapa pelakunya—Amerika bersikeras akan menggelar operasi militer di negeri yang sudah dua tahun lebih bersimbah darah dan airmata itu. Terakhir, Obama tinggal menunggu restu kongres untuk menggelar “operasi militer terbatas” di Suriah. Belum jelas apa yang dimaksud dengan “terbatas.” Yang pasti Menlu AS, John Kerry sudah mengatakan bahwa operasi di Afghanistan ini tidak seperti yang Amerika lakukan di Iraq dan Afghanistan.
Layaknya operasi sebelumnya, kini Amerika pun rame-ramemengajak negara lain untuk turut terjun ke Suriah. Prancis bertekad menyambut. Sementara Kerry menyebut ada negara Arab yang siap membiayai operasi ini—tanpa menyebut negara yang dimaksud. Sedangkan Inggris sudah bulat menolak.
Penolakan juga terjadi dalam bentuk demonstrasi di beberapa negara, dan statemen-statemen para tokoh. Salah satu di antaranya, Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam, Said Agil Siraj. “LPOI menolak campur tangan asing dalam permasalahan di Suriah, apalagi rencana Amerika yang akan melancarkan aksi militer ke Suriah,” Kata Ketua Umum LPOI Said Aqil Siroj dalam Konfrensi Pers di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2013).
Namun, Said dan dunia pada umumnya kehilangan obyektifitas saat mendefinisikan “asing” yang ditolak mencampuri urusan Suriah. Yakni, hanya menggunakan kata tersebut untuk mewakili sebuah negara bernama Amerika Serikat. Amerika, sebagai representasi kekuatan asing, ditolak masuk dan campur-tangan dalam konflik Suriah. Sayang, dunia bungkam ketika Iran terang-terangan mensupport Bashar Assad dengan alat dan SDM perang. Belum lagi Rusia yang memang sudah lama menjadi penasehat militer rezim Suriah.
Campurtangan Iran dalam konflik di Suriah bukanlah rahasia. Pada Januari 2013, media pemerintah Suriah memberitakan bantuan 1 juta USD dari Iran. [1] Hanya berselang lima bulan setelah itu, sumber resmi pemerintah Suriah mengumumkan bahwa Iran menambah bantuan untuk Damaskus senilai 3,6 juta USD. Jumlah tersebut masuk dalam paket bantuan ekonomi, sebagai pembiayaan atas pemesanan minyak dan produk lain yang terkait.
Iran juga menawarkan bantuan militer konvensional dan non-konvensional juga kerjasama dan pelatihan intelijen untuk memadamkan “kerusuhan massa.” Sebagaimana rilis pemerintah Iran sendiri, Teheran telah membantu Suriah dalam mengkader 50.000 paramiliter dari rakyat Suriah yang dikenal dengan Jaisy as-Sya’bi (The People’s Army). Keberadaan unit paramiliter ini untuk menopang kekuasaan rezim Bashar Asad.[2]
Pada 13 Juli 2013 lalu, Menteri Luar Negeri Iraq, Hoshyar Zebari mengabarkan bahwa pemerintahnya tidak mampu menghentikan pengiriman senjata dari Teheran menuju Damaskus yang diangkut pesawat melintasi wilayah udara Iraq. Pernyataan itu Zebari sampaikan dalam sebuah wawancara dengan koran As-Syarq Al-Ausath. Kabar ini langsung ditampik media pro-Iran, seperti IRIB. Menukil pernyataan Jubir Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Araqchi yang menolak pesawat-pesawat Iran itu dituding mengangkut perlengkapan militer. “Pesawat tersebut mengangkut bantuan makanan dan obat-obatan,” kilah Araqchi.
Mungkin itu sebatas retorika antarpejabat di media. Namun kepingan fakta menarik Penulis temukan saat bergabung dalam relawan kemanusiaan di Suriah. Penulis sempat bertemu dengan tentara Bashar Assad yang kini bergabung dengan kelompok pemberontak. Kepada Penulis, tentara tersebut menceritakan, dalam jajaran pasukan Assad ada orang-orang dari Iran dan Rusia. “Ya, ada. Mereka biasanya bertugas menerbangkan pesawat tempur, atau menembakkan roket.”
Gambaran betapa Iran sangat berkepentingan dalam krisis Suriah dapat dikaji dari statemen pemimpin Ayatollah Ali Khamenei yang menyatakan bahwa Suriah adalah provinsi Iran yang ke-35. “Jika kita kehilangan Suriah, kita kita tidak lagi dapat mengendalikan Teheran.”[3] Itulah yang kemudian membuat Iran begitu gigih mempertahankan Suriah dari “rongrongan” pemberontak Sunni.
Saking gigihnya, Riyad Hijab, mantan Perdana Menteri Suriah yang membelot mengatakan, “Suriah telah disetir oleh rezim Iran. Sesungguhnya yang mengendalikan negeri bukanlah Bashar Assad, melainkan Qasem Soleimani.” [4] Qasem sendiri adalah komandan Brigade Al-Quds. Support penuh Iran terhadap Suriahlah yang membuat Bashar Asad hingga saat ini masih bertahan. Sebab, “Tanpa pertolongan militer Iran dan bantuan finansialnya, rezim Assad mungkin sudah tumbang sekian waktu lalu.” [5]
Maka, sangat disayangkan keterlambatan dunia yang baru menolak intervensi asing di Suriah saat Obama berencana “memberi pelajaran” kepada rezim Assad. Sebab, intervensi negara asing sudah terjadi. Entah mengapa tiba-tiba definisi asing bagi Suriah hanya berlaku bagi Amerika, sementara Iran tetap aman-aman saja meski sudah begitu dalam berintervensi di Suriah. Jangan-jangan, subyektifitas kita membuat pepatah berikut berlaku: Kuman Amerika di seberang lautan tampak jelas, tapi gajah Iran di pelupuk mata tampak kabur.
Kita sedang berbicara tentang campurtangan asing dalam konteks negara. Di luar itu, pembahasan bisa bertambah luas. Selain milisi “Wahabi-Takfiri” (demikian media pro-Syiah di Indonesia menyebut pejuang Sunni) yang berdatangan dari Saudi, Libya, Cechnya dan Iraq, aliansi paramiliter Syiah juga terjun langsung. Hizbullah Lebanon, Jaisy Mahdi Iraq dan Syiah Houtsi adalah aliansi paramiliter Syiah yang turut mendukung rezim Bashar Assad menggempur Qusair beberapa waktu lalu.
____
[1] “Syiria and Iran Ink Credit Deals,” al-Bawaba, Januari, 17, 2013.
[1] “Head Ammar Strategic Base: Syria is Iran’s 35thProvince; If We Lose Syria We Cannot Keep Tehran,” Iran Pulse, Februari 14, 2013; “Treasury Sanctions Al-Nusrah Front Leadership in Syria and Militias Supporting the Assad Regime,” US. Treasury Department, December, 11, 2012.
[1] Will Fulton, Josep Holliday dan Syam Wyer, “Iranian Strategy ini Syria,” Institute for the Study of War and the American Enterprise Institute, May 2013.
[1] Ibid
[1] Karim Sadjadpour, “Irans’s Unwavering Support to Assad’s Syria,” CTC Sentinel, Agustus 2013.
***KIBLAT.NET
Abu Yahya | kontributor kiblat.net | pernah bergabung dalam misi kemanusiaan HASI di Suriah

Menyongsong Amerika di Suriah (Bag.2)

Bukan sembarang konflik. Barangkali kalimat pendek itu cukup mewakili gambaran tragedi kemanusiaan yang terjadi di Suriah, sejak dua tahun silam. Konflik ini terjadi hampir bersamaan dengan gejolak politik di Tunisia dan Mesir. Banyak orang menyebutnya sebagai rangkaian Arab Spring. Bedanya, di Tunisia dan Mesir relatif tuntas. Penguasa lengser, tekanan dunia luar, dan habislah perkara.

Tetapi di Suriah, perang masih berlanjut. Meski ratusan ribu jiwa melayang dengan berbagai macam cara yang sungguh tak layak. Dibom, disiksa, disembelih, dikubur hidup-hidup. Sebagian lainnya disiksa, hingga ketika sekarat, dimasukkan dalam kontainer dan… ditenggelamkan di lautan. Semua demi menghilangkan jejak kejahatan kemanusiaan. Ratusan ribu lainnya terluka, dari sekadar lecet hingga cacat tetap. Dan jutaan lainnya terlunta-lunta mengungsi dari satu tempat ke tempat lain. Dr. Aisha, wanita asli Lattakia yang saya temui saata sama-sama bertugas di Rumah Sakit Lapangan Salma menggambarkannya sebagai, “Kami belum pernah melihat tragedi kemanusiaan setragis apa yang kami alami.”

Ribuan kesaksian sudah dicatat sejarah. Baik melalui pemberitaan wartawan yang terjun langsung di medan konflik, siaran “televisi internasional” bernama Youtube, dan lainnya. Pendeknya, jeritan rakyat Suriah telah melengking keras, menembus langit-langit kemanusiaan hingga batas terakhir. Meski demikian, tak cukup untuk meredam kejahatan kemanusiaan paling tragis saat ini. Begitu banyak alasan bagi dunia—termasuk sebagian orang Islam Indonesia—untuk bersikap blo’on terhadap apa yang terjadi di Suriah.
Ada yang menganggapnya “sekadar” konflik sekte, Syiah melawan Sunni. Konflik yang dipicu oleh pemahaman yang berbeda dalam madzhab fikih semata. Kaum Sunni yang sekian lama diperintah rezim Syiah ingin merebut kekuasaan, terjadilah perang yang berkelanjutan. Bagi orang yang menganggap Syiah bagian dari Islam, tentu akan menolak konflik Suriah sebagai perang agama. Yang terjadi hanyalah konflik beda madzhab. Titik!

Terkait nafsu haus nyawa dan darah yang dimiliki Bashar Assad yang sekaligus penganut paham Syiah Nushairiyah, sebagian orang buru-buru berusaha menutupi. “Syiah itu sebagaimana aliran lainnya. Ada personal yang baik, dan ada personal yang jahat.” Lebih parah lagi, seorang tokoh Islam di Solo, Jawa Tengah yang santer diisukan sebagai Syiah malah berkomentar, “Saya tidak mau mengkafirkan Bashar Assad. Terkait kejahatannya, saya juga tidak mau mengomentari, karena saya tidak kenal dengan Bashar Assad.”

Sementara, ada pula yang mengatakan ini adalah rekayasa Zionis Israel yang berkelindan-bahu dengan Amerika. Rezim Bashar Assad selama ini enggan diajak kerjasama dengan tetangganya yang bernama Israel. Alih-alih hidup rukun, Assad lebih memilih bermesraan dengan Iran, yang banyak dikesankan sebagai satu-satunya negara yang siap “menelan Israel mentah-menetah.” Israel merancang makar didukung Amerika. Memperalat warga lokal yang kemudian “beda madzhab” tadi, lalu terjadilah apa yang sekarang ini terjadi.

Penganut teori ini semakin yakin dengan pemahamannya, ketika Obama bersikeras akan menyerang rezim Assad pasca serangan senjata kimia di Gauthah, Damaskus beberapa waktu lalu. Seperti seirama dengan kelompok Syiah, rencana kehadiran Amerika menjadi cibiran bagi kelompok pemberontak dari kalangan Sunni. Di mata mereka, sebenarnya apa yang disebut banyak media Islams sebagai mujahidin, tak lain adalah antek dan kacung-kacung Amerika. “Sebentar lagi mereka akan berjihad melawan Assad bersama Panglima Amerika,” tulis seorang Facebooker dari kalangan Syiah di Indonesia.

Begitulah, tafsir atas tragedi kemanusiaan yang memilukan di Suriah dibuat sedemikian rumit dan njlimet, sehingga membuat orang lupa atas deret ukur jumlah korban yang belum mengenal tanda-tanda berakhir. Akhirnya, rakyat Suriah pun sendirian menghadapi hari-hari kelabu. Paling-paling hanya “ditemani” sekelompok orang yang masih memiliki kepedulian, entah dari relawan kemanusiaan, maupun sukarelawan jihad. Jumlah yang bila dibandingkan dengan isi dunia bagaikan tetesan air dari jari yang baru dicelupkan dan diangkat dari sebuah samudera.

Untuk sementara, katakanlah Syiah itu bagian dari Islam. Taruhlah bahwa ini hanya konflik madzab semata. Atau, anggap saja memang benar semua ini pekerjaan setan bernama Amerika yang berkelindan dengan Zionis Israel. Namun, apakah semua itu bisa menjadi stempel untuk mendiamkan kezaliman yang selama ini terjadi? Apakah hari ini kita mulai sepakat terhadap konsensus baru bahwa: korban konflik madzab, korban konspirasi Amerika-Israel tidak perlu ditanggapi serius. Sebaliknya, kita harus serius memikirkan konfliknya ketimbang korban. Kita harus lebih asyik membicarakan konspirasinya, daripada berbuat nyata demi menolong manusia. Sekali lagi, ini manusia, bukan benda mati!

Manusia itu tetaplah manusia. Seburuk apapun, pasti masih memiliki naluri untuk peduli terhadap penderitaan sesama. Kecuali bila kepentingan dan tendensi lain lebih besar yang menutupi rasa kemanusiaan itu. Pada akhirnya, ruwetnya tafsir konflik yang sengaja dibikin njlimet mengundang tanda-tanya, tendensi apa di balik semua sikap tak acuh kepada deret panjang daftar korban? Apakah konflik Suriah, yang di satu sisi dimaknai sebagai tragedi kemanusian, sekaligus menjadi penyingkap tabir kepentingan tertentu yang selama ini tersembunyi? Saya sebenarnya mulai meraba jawabnya. Namun sebagai relawan kemanusiaan, terus terang saya sulit menalarnya.

***

Abu Yahya | kontributor kiblat.net | pernah bergabung dalam misi kemanusiaan HASI di Suriah

kiblat.net

Suriah, Bangkitkan Salafi Jihadi

Senin, 22 Juli 2013

Suriah kini menjelma bagai gadis molek “kembang kawasan” Timur Tengah. Semua aktifis jihad berebut meminangnya. Suriah menjadi tanah paling ideal baik secara geopolitik maupun geo-ideologis sebagai habitat jihad pasca revolusi Arab. Bahkan daya tarik ini dirasakan hingga luar kawasan. Tak ada aktifis jihad yang beraliran salafi di belahan bumi manapun kecuali tertarik untuk datang meminang.

Berawal dari Tunisia, merambah ke Mesir, Libya, Yaman dan tampaknya akan berakhir di Suriah. Tak ada yang menyangka sebelumnya bila ending “musim semi” Arab ini akan sangat bernuansa jihad bersenjata. Suriah menjadi “berkah di balik musibah” dengan makin matangnya bentuk akhir revolusi Arab menjadi Jihad fi Sabilillah. Corak yang sangat berbeda dibanding pemicu awal revolusi yang sekedar protes atas kezhaliman rezim.
Kalaupun kelak revolusi ini masih akan menyebar ke negara kawasan yang masih tenang, dinamika Suriah akan mempengaruhi revolusi tersebut, bukan semata protes atas kezhaliman penguasa, tapi sudah lebih puritan dengan aroma perang akhir zaman yang kuat. Perang sipil yang bertujuan mengenyahkan thoghut-thoghut Arab kaki tangan Barat atau menumpas ideologi jahat Syiah atau menekuk musuh abadi umat – Israel. Nafasnya sudah berganti menjadi pertarungan antara al-haqq yang ingin menumbangkan al-bathil, bukan lagi protes jalanan yang menuntut keadilan yang absurd dan kemakmuran yang semu khas tuntutan rakyat yang alam pikirannya serba materi dan nasionalistik.

Suriah, Revolusi Rakyat dengan Spirit Jihad

Konflik Suriah yang sangat brutal – paling brutal diantara yang lain – dengan korban yang mengerikan, waktu yang relatif panjang dan dukungan diam-diam terhadap rezim Bashar Asad dari negera kawasan baik Syiah, Israel maupun kaki tangan Barat yang khawatir bakal menguatnya sentiment jihad, membuat revolusi Suriah punya karakter yang khas. Jihad Suriah berhasil memantik sentimen solidaritas umat Islam dari seluruh kalangan karena melihat saudara mereka berjuang sendirian, satu-satunya sandaran hanya Allah kemudian umat Islam.
Faktor lain yang membuat konflik Suriah terasa khas, adalah banyaknya hadits-hadits nubuwat akhir zaman yang menyebutkan sisi stretagis Suriah, yang dalam istilah zaman Nabi saw disebut negeri Syam. Syam yang meliputi Suriah, Lebanon, Yordania dan Palestina, dinubuwatkan sebagai “negeri titik kumpul dan titik sebar” dan “markas kekuatan umat Islam akhir zaman”. Mujahidin seluruh dunia akan tersedot ke tanah Syam, lalu dari sana bertolak untuk melaksanakan misi penaklukan ke wilayah sekelilingnya.
Kenyataan lapangan dan dukungan spirit ideologi dari nubuwat, menjadikan Suriah memenuhi syarat untuk disebut sebagai basis jihad yang ideal. Jumlah kaum Sunni yang mayoritas juga dipandang sebagai modal kekuatan mujahidin yang hebat jika mampu dipoles dengan sentuhan dakwah salafiyah yang intensif dalam rangka mengikis sisa-sisa pemikiran nasionalisme dan liberalisme. Jihad yang berkecamuk selalu menjadi latar yang ideal untuk mengikis pola pikir nasionalisme dan pemikiran sesat lain. Semakin lama jihad hidup di Suriah, akan makin banyak alumninya yang steril dari syubuhat pemikiran, insyaallah.

Revolusi Arab, Titik Balik dari Salafi menjadi Jihadi

The Regional Center for Strategic Studies (RCSS), lembaga kajian strategis yang bermarkas di Cairo membuat analisa yang menarik tentang kebangkitan salafi jihadi pasca krisis Arab. Salafi dalam pandangan RCSS adalah semua aktifis ahlussunnah. Salafi secara umum dibagi dua, salafi ilmu dan salafi jihadi. Salafi ilmu adalah salafi yang anti kekerasan dalam manhajnya. Sementara salafi jihadi adalah salafi yang kuat mengusung tema jihad bersenjata dan perlawanan, baik kepada penguasa lokal maupun kekuatan global. Lihat http://rcssmideast.org/التحليلات/الأمن-الأقليمى/المظلة-الجهادية.html
Sebelum Arab spring, yang mendominasi Timur Tengah adalah salafi jinak, salafi sebagai spirit dakwah dan pengamalan sunnah. Bahkan terdapat trend eksodus kaum jihadis menjadi salafi jinak, misalnya kasus Jamaah Islamiyah dan Jamaah Jihad di Mesir,  Jamaah Islamiyah al-Muqotilah di Libya dan FIS di Aljazair yang sebelumnya konsisten di jalur salafi jihadi yang kental nuansa konfrontasi, berpindah menjadi salafi damai. Tapi setelah pecah revolusi Arab, peta berbalik secara dramatis. Seluruh negara Timur Tengah bergemuruh berbondong-bondong pindah payung, tadinya payung salafi kalem, menjadi salafi jihadi.
Bahkan dalam analisa RCSS, kaum jihadi untuk bisa terjinakkan, memerlukan waktu yang sangat lama dan membutuhkan perdebatan ilmiah panjang. Sementara perpindahan dari salafi menjadi jihadi, punya kecepatan tak tertandingi. Peta salafi Timur Tengah dan Afrika Utara hari ini sudah didominasi oleh salafi jihadi, sebagai dampak langsung dari revolusi Arab. Jamaah Islamiyah Mesir yang sebelumnya sudah jinak, dengan revolusi Mesir, mereka kembali mengeluarkan jargon-jargon yang lebih dekat untuk dikategorikan jihadi. Semenanjung Sinai kini sudah menjelma menjadi markas kaum jihadis dengan memanfaatkan gurunnya yang luas.
Dan Suriah sebagai ending revolusi Arab menjadi kolam penampungan ideal bagi kaum salafi jihadi, atau setidaknya titik orientasi perjalanan. Bahkan para aktifis dari masing-masing negara sudah mencanangkan jargon: min huna nabda’ wa fie syam naltaqiy  (dari sini kita berawal – merujuk tempat lokal masing-masing – dan di Syam kita akan bertemu). Tampaknya kawasan Suriah akan menjadi kampus jihad masa depan, setelah era 80-an hal itu terjadi di Afghanistan. Bukan hanya kampus, bahkan basis mujahidin yang siap menyebar ke kawasan dengan nafas jihad fi sabilillah yang murni.Semoga bertemu kembali sobat, di Syam ! ilalliqa’ fi Syam ! Wallahu a’lam.

sumber : lasdipo

Harits Abu Ulya : Dua Statemen Sumir BNPT di Bulan Ramadhan

Kamis, 18 Juli 2013

Di awal bulan Ramadhan 2013 telah terjadi peristiwa yang cukup menggemparkan,  kerusuhan dan kebakaran LP Klas I Tanjung Gusta Medan Sumatra Utara Kamis malam (11/7/2013). Kasus yang berbeda dari Lapas Cebongan, kali ini ratusan narapidana kabur.Dan dari ratusan yang kabur termasuk beberapa orang narapidana terorisme. Ada nama yang diungkap paling menonjol oleh pihak aparat khususnya BNPT (Ansyad Mbai) yaitu Fadli Sadama.
Nama lengkapnya Fadli Sadama bin Mahmudin alias Fernando alias Buyung alias Adek (28) ditangkap di Malasyia kemudian di boyong oleh Densus88 ke Mako Brimob Kelapa Dua. Diduga terlibat mendalangi perampokan bank CIMB Medan Sumut tahun 2010 silam.Tapi kemudian di pengadilan dijerat dengan UU Terorisme (No 15 Tahun 2003), berangkat dari sebuah asumsi bahwa perampokan tersebut dilakukan untuk melakukan tindakan terorisme kemudian mendirikan Negara Islam di Indonesia.Sebuah asumsi basi yang selalu dipasang untuk menyeret seseorang dalam label “terorisme” ala Indonesia.
Bagi penulis terasa perlu untuk memberikan “catatan” atas statemen Ansyaad Mbai baru-baru ini terkait perburuan terhadap Fadli Sadama dan desakan pembubaran Densus 88.Usai diskusi di Epicentrum Kuningan Jakarta Selatan, Senen (15/7/2013) seperti yang di kutip detik.com menurut Ansyaad; jika Densus 88 saat melakukan pengejaran terhadap Fadli dalam kondisi yang tidak kondusif, maka harus diambil tindakan tegas! (baca: tembak di tempat).
Dari statemen tersebut terlihat indikasi pihak BNPT dan Densus 88 tidak akan menyudahi cara-cara ekstra judicial killing untuk menangkap buronan mereka. Terlepas dari label atau status dari masing-masing narapidana, baik mereka yang koruptor, perampok, pelaku kejahatan narkoba dan lainnya yang ikut kabur mereka adalah manusia yang sama. Mereka punya hak untuk hidup. Apakah karena status mereka “teroris” kemudian rencana tindakan ataupun niat penindakannya sampai harus tembak ditempat? Dari pengalaman yang ada, karena asumsi kondisi yang tidak kondusif bagi aparat dilapangan kemudian banyak buronan yang terkapar tewas ditangan Densus 88. Apakah aparat tidak pernah belajar teknik melumpuhkan target dengan efektif selain mengeksekusi hingga tewas? Kali ini waktu akan membuktikan, jika aparat kepolisian dari unit lain bisa menangkap balik para narapidana yang kabur tanpa harus membunuhnya karena alasan melawan atau membahayakan atau versi BNPT sikon tidak kondusif, maka bagaimana dengan Densus 88?Apakah akan mampu mengembalikan narapidana terorisme dengan hidup-hidup atau sebaliknya (sudah dalam kantong mayat).
Dalam berbagai kesempatan pihak BNPT condong memproduk opini kepanikan. Tentang sosok Fadli Sadama yang sangat berbahaya, padahal sejatinya ini adalah langkah image building atas seseorang demi menjaga kontinuitas proyek kontra terorisme di Indonesia.Dimasa lalu terlalu sering kita membaca mendengar dan melihat opini tentang seseorang adalah sosok yang sangat berbahaya. Notabene mereka semua adalah TO (target operasi) dari Densus 88 yang sebelumnya tidak dikenal sama sekali kapasitas pribadinya dalam konteks aksi terorisme.Tapi sebutan “orang berbahaya” selalu meuncul ketika perburuan dimulai.Inilah opini untuk mengkontruksi mindset masyarakat luas agar melegitimasi tindakan aparat dilapangan apapun hasilnya adalah sah karena label “teroris” pada diri TO (target operasi).Inilah statemen dan tindakan yang cenderung “dehumanisasi teroris”, menyimpang dari asas-asa kemanusiaan dalam memperlakukan seseorang atas hak dasar hidupnya hanya karena tuduhan dan label teroris.
Ramadlan dan Puasa terasa belum bisa mengajarkan kepada Ansyaad Mbai (BNPT) tentang pentingnya mereduksi “nafsu membunuh” terhadap orang-orang yang disangka “teroris”.Bahkan juga menjaga lisan untuk tidak melontarkan statemen yang cenderung fitnah kapada banyak orang.Misalkan diluar kasus perburuan Fadli Sadama, seorang Ansyaad Mbai juga menuduh pihak-pihak yang menginginkan Densus 88 dibubarkan adalah teroris atau orang yang dikendalikan teroris.Dalam diskusi di kawasan Kuningan Jakarta Selatan Senin (15/7/2013) tersebut Ansyad Mbai juga menyatakan kekecewaannya terhadap pernyataan tokoh-tokoh Islam yang dikendalikan teroris dengan menginginkan pembubaran Densus 88.Sebuah pernyataan yang disetir teroris menurut Mbai.
Bagi yang waras akalnya, pernyataan seperti ini sangat tidak bermutu. Cenderung seperti orang panik, kehilangan daya nalar kritis untuk menghadapi kritik dan nasehat dari orang lain. Karena latar belakang desakan pembubaran Densus 88 bukan datang atas order teroris kepada kelompok tertentu maupun kepada tokoh-tokoh Islam tertentu.Kalau tokoh-tokoh yang kritis sekiranya menuntut pembuktian atas statemen si Mbai, saya yakin akan menjadi buah simalakama bagi kredibilitas si Mbai secara pribadi. Para tokoh memberikan kritik tajam, lebih karena berangkat dari kajian atas pihak aparat sendiri khususnya Densus 88 dan BNPT yang sangat mencedarai rasa kemanusiaan banyak orang.Cara-cara perang melawan terorisme sudah menyentuh kehormatan Islam dan umatnya serta supremasi hak kemanusiaan yang asasi seseorang yang dijamin oleh UU.Kajian dan investigasi Komnas HAM sendiri sudah final, sangat kuat diduga banyak pelanggaran HAM yang dilakukan Densus 88 dalam penindakan dilapangan.
Umat harus kritis atas perkara yang menimpa agama dan saudara muslimnya, di bulan puasa kita bukan berarti puasa untuk tidak mengatakan yang benar itu benar dan yang batil itu batil. Sekalipun catatan seperti ini juga mungkin di tuduh “dibuat atas pesanan teroris” atau statemen “mabuk” lainya.Wallahu a’alam bisshowab [Kiblat.net]

Ust Abu Rusydan: Tamhish, Mencari Pemegang Bendera Terakhir

Proses tamhish (seleksi) mau-tidak mau, suka-tidak suka merupakan sebuah keniscayaan. Ia ada, dan terus terjadi. Kalaulah pengawasan dan penilaian manusia itu terbatas, sehingga mengakibatkan proses tamhishkadang kurang selektif, Allah sendiri melakukan tamhish.
مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Allah tidak akan membiarkan orang yang beriman dalam keadaan kamu berada, sehingga Dia (Allah) asingkan yang buruk daripada yang baik. Dan Allah tidak akan memperlihatkan hal-hal yang ghaib kepada kamu, tetapi Allah memilih sesiapa yang Dia (Allah) kehendaki di kalangan para rasul-Nya (para rasul Allah). Oleh itu berimanlah kepada Allah dan para rasul-Nya (para rasul Allah). Dan jika kamu beriman dan bertakwa, untuk kamu pahala yang besar.” (Ali Imran : 179)
Proses tamhish itu berjalan terus. Selama kehidupan masih ada, tamhish akan tetap setia mengiringinya. Ibarat biji-bijian yang berada di tempat penumbukan. Setelah biji-biji itu lumat ditumbuk, akan disaring. Butir-butir yang lolos dari saringan, dimasukkan kembali ke penumbukan untuk dihaluskan lagi, dan disaring kembali. Butir-butir yang kini lebih lembut itu dimasukkan penumbukan kembali untuk kemudian disaring kembali. Demikianlah seterusnya, hingga bendera iqamatud-dien ini hanya berhak dipegang oleh mereka yang betul-betul lolos seleksi.
Kelompok pemegang bendera terakhir ini, meminjam bahasa Sayyid Quthb rahimahullah, adalah orang-orang berhasil mencapai fase:
إِذَا خَلَصَتْ نُفُوْسُهُمْ مِنْ حَظِّ أَنْفُسِهِمْ
“Ketika jiwa mereka telah bersih dari keinginan untuk mendapatkan bagian bagi dirinya.”
Para rijal pengemban bendera iqamatud-dien yang sesungguhnya, mereka tidak memiliki ambisi dan keinginan pribadi. Jangankan ambisi… mengharapkan bagian yang seharusnya menjadi hak baginya dalam perjuangan ini pun, tidak pernah terbersit sama sekali. Itulah definisi paling mudah dari keikhlasan.
Sebagian Salaf, menggambarkan beratnya keikhlasan, “Menjadi ikhlas itu berat. Karena ia tidak akan mendapatkan bagian bagi dirinya sendiri.” Berat, sebab sepanjang sejarah, manusia dididik untuk selalu menuntut haknya. Tetapi itulah tuntutan risalah dan sunnatullah yang akan terjadi, mau-tidak mau… suka-tidak suka!
Oleh sebab itu, DR. Abdullah Azzam rahimahullahmenyebutkan di antara asas Tarbiyah Jihadiyah, yaitu:
تَجْرِيْدُ الدَّعْوَةِ عَنِ الْمَنَافِعِ الدُّنْيَاوِيَّةِ وَالثَّمَارِ الْقَرِيْبَةِ
 “Membersihkan dakwah dari keinginan untuk mendapatkan manfaat-manfaat duniawi atau memetik buahnya dalam jangka dekat.”
Untuk menghasilkan kader-kader yang bersih dari keinginan untuk mendapatkan bagian dan tahan bersabar untuk tidak tergesa-gesa memetik buah, harus ada proses tarbiyah yang panjang. DR. Abdullah Azzam, dalam Tarbiyah Jihadiyahnya menyebutkan istilah طول الإحتضان  (thuulul ihtidhaan, masa pengasuhan yang panjang).
Pemegang bendera terakhir tidak akan lahir melalui proses tarbiyah yang instan. Selain harus menempuh masa tarbiyah yang panjang, mereka harus lolos menghadapi ujian berupa inkhiraaful ushuur (silih bergantinya zaman). Siang malam boleh berganti, situasi dan kondisi dapat berubah. Tetapi iltizam para pemegang bendera terakhir itu tidak pernah bergeser dari al-haq dan pengikutnya.
Para shahabat dididik oleh Nabi SAW dalam berbagai masa. Dari 13 hingga 23 tahun. Di Mekah, selama 13 tahun mereka sudah berada di Darul Arqam bersama Nabi. Di Madinah, mereka pun shalat berjamaah 5 kali dalam 1 hari bersama Nabi SAW. Bersama Sang Murabbi, yang telaten mengawal mereka dalam setiap kehidupan yang mereka jalani. Meski jalan tarbiyah itu panjang, meski harus menempuh thuulul ihtidhan. (kiblat.net)

Konflik Abadi antara Ahlul Haq dan Ahlul Batil


Dalam buku al jihad wal ijtihad, Syaikh Abu Qatadah Al Filisthini menjelaskan panjang lebar tentang permusuhan abadi tentang al haq dan al batil. Ringkasnya, beliau menyatakan, “Perseteruan antara al haq dengan al batil bermula semenjak keberadaan manusia di permukaan bumi. Hal itu merupakan bagian dari sunnatullah yang bersifat qadari, yang mana telah ditetapkan Allah Ta’ala kepada makhluq-Nya atas sunnatullah tersebut.”
Syariat yang lurus ini tegak di atas al haq. Syariat tersebut tegak untuk mencegah hal-hal yang telah Allah fitrahkan bagi manusia, berupa kecenderungan untuk menyimpang dari kebenaran. Agar kecenderungan tersebut lurus dan menjadi baik, Allah mensyariatkan kepada kaum muslimin untuk mulai berupaya menghilangkan kebatilan serta mencabut sampai akar-akarnya. Supaya pokok-pokok kebatilan itu tidak menguat dan pengaruhnya tidak mengakar dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, Allah mensyariatkan jihad fie sabilillah atas hamba-hamba-Nya sebagai syiar iqamatuddin. Allah Ta’ala berfirman:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Anfal: 39)
Allah telah menyingkap rangkaian perseteruan ini dengan ungkapan yang indah. Sehingga tersingkaplah tabiat kebenaran dan hakikat kebatilan. Manhaj Qurani adalah manhaj yang haq, sedangkan kebalikannya adalah manhaj para tukang sihir dan ahli khurafat. Sepanjang sejarah umat manusia, para thaghut manusia (ilah-ilah yang palsu) menggunakan para tukang sihir untuk memperbudak manusia. Berdasarkan nash Al Quran dan sunnah Nabi, sihir merupakan ungkapan yang secara umum digunakan untuk dua hal:
1.    Sihir adalah suatu hal yang mengubah sebuah gambaran dalam pandangan manusia tanpa mengubah hakikatnya. Karena tidak ada yang mampu menciptakan sesuatu kecuali Allah Ta’ala. Maka tongkat berubah menjadi ular di mata manusia, bukan secara hakikatnya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al A’raf ayat 115-119:
قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ (115) قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ (116) وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ (117) فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (118) فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ (119)
“Ahli-ahli sihir berkata: “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?” Musa menjawab: “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). Dan kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.” (QS. Al A’raf: 115-119)
Dalam Surat Thaha ayat 66 Allah juga berfirman:
قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى
“Berkata Musa: “Silakan kamu sekalian melemparkan”. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.” (QS. Thaha: 66)
2.    Sihir adalah sesuatu yang mengubah hakikat di dalam perasaan manusia, dengan jalan tipuan penjelasan dan kemampuan pembahasan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Ash Shaf ayat 6:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.” (QS. Ash Shaf: 6)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia menganggap penjelasan yang fasih dan tegas itu sebagai suatu bentuk sihir. Sabda Nabi:
إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ لَسِحْرٌ
“Sesungguhnya keterangan-keterangan itu mengandung sebuah sihir.”
Dalam hal ini perlu dicatat, sihir tidak akan berpengaruh terhadap orang yang disihir kecuali dengan jalan teror (menakut-nakuti). Sebagaimana di penghujung ayat 116 Surat Al-A’raf di atas.
Kemudian Syaikh Abu Qatadah memberikan hubungan dasar antara haq dan batil sebagai berikut:
Sesungguhnya hubungan antara haq dan batil, kebaikan dan kejahatan, antara sihir dan perintah Allah,  cahaya dan kegelapan adalah hubungan perseteruan. Salah satu tidak akan muncul kecuali menghilangkan yang lain. Tidak akan mungkin yang satu rela dengan keberadaan yang lain. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 81,
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al Isra’: 81)
Maksud ayat ini menurut Syaikh Abu Qatadah adalah al haq itu mencabut kebatilan hingga akar-akarnya. Lalu mengeluarkan ruh kebatilan dari dirinya dengan tangan al haq, bukan menunggu agar kebatilan itu mati dengan sendirinya. Berdasarkan hal ini, maka banyak jamaah-jamaah Islam yang mengingkari jihad dan menyerukan supaya memadamkan jihad. Dengan menuduh mujahidin telah memberikan pembenaran atas kebatilan untuk memukul dan membunuh mereka.
Mereka ini sebenarnya berada dalam kebingungan. Hal itu karena mereka tidak mengerti tabiat kebatilan dan tidak mengerti bahwa kebatilan itu tidak akan ridha kepada kebenaran itu sendiri (meski tanpa ada pergerakannya),  tidak pula kepada eksistensinya. Di hadapan kita ada ratusan contoh, di antaranya perseteruan antara Nabi Luth ‘alaihis salam dengan kaumnya. Apakah hal itu dikarenakan beliau menyerang mereka? sama sekali tidak. Mereka menyerang Nabi Luth dan pengikutnya sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
“Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.” (QS. Al A’raf: 82)
Marilah kita berpikir dan melihat pembicaraan yang menakjubkan antara Nabi Syu’aib ‘alaihis salam dengan kaumnya. AllahTa’ala berfirman menjelaskan perkataan Nabi Syu’aib:
وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا فَاصْبِرُوا حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ
“Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.” (QS. Al A’raf: 87)
Beliau adalah seorang lelaki yang berkata kepada kaumnya, “Kalian berdiri di atas paham kalian dan kami berdiri di atas keyakinan kami, kelompok orang yang beriman dan kelompok orang yang tidak beriman. Oleh karena itu hai orang-orang kafir, janganlah kalian menyerang kami dan kami tidak menyerang kalian. Sehingga datang perkara yang telah ditentukan bukan lewat tangan kami dan bukan pula lewat tangan kalian. Dan hal itulah yang menjadi pemutus perkara antara kami dengan kalian.” (Al Jihad wal Ijtihad, hal. 9-12)
Berikut ini terdapat sejumlah ayat yang menggambarkan kekalnya permusuhan antara ahlul haq dengan ahlul batil:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al -Mumtahanah: 4)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. At Tahrim: 9)
قَاتِلُوا الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS.  At Taubah: 29)
Begitu juga disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was salam:
لاَ يَزَالُ هَذَا الدِّيْنُ قَائِمًا تُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ
“Dien ini akan senantiasa tegak, sekelompok umat Islam berperang di atas dien ini hingga datangnya hari kiamat.” (HR. Bukhari Muslim).
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ
“Akan ada segolongan dari umatku yang berperang di atas al haq, yang muncul atas orang-orang yang menentangnya hingga kelompok terakhir dari umatku memerangi al masih dajjal.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim)
Dari nash-nash ini bisa diketahui, betapa sia-sianya berbagai usaha oleh sebagian kalangan yang mencita-citakan adanya kehidupan yang harmoni, tanpa konflik antar penganut ideologi haq dan batil. Dikatakan sia-sia karena hubungan dasar antara al haq dan al batil adalah hubungan perseteruan, di mana salah satu pihak berupaya untuk melenyapkan kekuatan dan pengaruh rivalnya di antara umat manusia. [kiblat.net]

Membaca Perlawanan Jihad Global di Suriah

 Jihad Suriah seolah menjadi momentum mendekatkan jarak antara kekinian dengan fenomena dan simbol-simbol dalam rekam sejarah masa lalu umat Islam. Kita seakan tersedot tanpa sadar oleh pusaran daya tarik masa lalu baik sebagai sejarah maupun nubuwat. Jika di negeri kita seratus tahun yang lalu terasa sangat jauh dengan kekinian kita, tapi tidak dengan Timur Tengah. Nubuwat dan jejak sejarah seribuan tahun yang lalu terasa dekat dengan kekinian umat Islam di sana.

Romantisme masa lalu memang mengasyikkan untuk dikenang, bahkan ingin selalu diulang, apalagi jika masa lalu berupa kemenangan gemilang plus dukungan ‘statemen ideologis’ bernama nubuwat yang memberi garansi bakal terulangnya kenangan manis itu, misalnya hadits yang menyebut akan kembalinya pemerintahan dengan sistem kenabian di akhir zaman. Banyak romantisme masa lalu yang akhir-akhir ini aktual kembali, baik sebelum kasus Suriah maupun sesudahnya. Sebut saja misalnya terminologi Khilafah, Dinar, Dirham, panji hitam dengan tulisan la ilaha illallah Muhammad rasulullah, dan terbaru kian populernya istilah Syam untuk mengganti Suriah dan sekitarnya.
Berita Terkait

    Merancang Jihad Sebagai Anugerah dari Langit
    Kelompok Jihad Ansharuddin Jelaskan Fakta Jihad di Mali
    Ali bin Abi Thalib Larang Mut’ah, Syi’ah Membolehkan (II/II)

Jargon Masa Lalu untuk Jihad Global
Entah siapa pencetus pertama bendera hitam dengan tulisan dua kalimat syahadat berwarna putih itu. Tanpa ada komando yang jelas, nyaris semua anak muda jihadis di seluruh pelosok dunia Islam bangga dengan panji hitam itu dan merasa punya ikatan emosional yang kuat. Di mana-mana berkibar panji itu, seolah memiliki ‘daya magis’ untuk melahirkan keberanian dan keteguhan untuk jihad.

Secara kelakar, kita boleh uji. Misalkan kita menyodorkan dua model panji perjuangan, yang satu berupa panji hitam dengan tulisan dua kalimat syahadat khas Al-Qaeda itu, dan satu lagi panji hitam dengan tulisan khat modern – misalnya Tsulutsiy – kira-kira panji mana yang akan dipilih anak-anak muda jihadis ? Hampir pasti, panji yang dipilih adalah panji ala Al-Qaeda, padahal tidak ada perbedaan yang serius, hanya jenis khatnya. Panji ala Al-Qaeda menggunakan khat sederhana dan ‘jadul’ sedangkan satunya justru lebih modis dan modern, tapi justru karena itu mengingatkan romantisme masa lalu. Apalagi tulisan Muhammad Rasulullah dengan gaya stempel Nabi makin menguatkan kesan masa lalu era kenabian.

Sambung rasa antara masa kini dengan masa lalu menjadi poin pembeda. Panji hitam itu seolah menghubungkan kekinian dengan masa lalu yang gemilang, dan tampaknya berpeluang menjadi bendera resmi Khilafah sekiranya kelak tegak. Uniknya, kepopuleran panji hitam itu beriringan dengan tingkat penerimaan terhadap pendekatan jihad ala Al-Qaeda yang global. Panji hitam menjadi simbol de facto jihad global.

Antara Suriah dan Syam
Kian populernya nama Syam menggantikan nama Suriah menjadi fenomena lain soal ‘salafisasi’ gerakan jihad global. Sekat geografis bernama Suriah yang bisa melahirkan fanatisme jahiliyah, diruntuhkan dengan mengembalikan umat Islam kepada istilah masa lalu, Syam, meski juga tak ada jaminan dengan istilah Syam otomatis fanatisme jahiliyah akan hilang. Setidaknya istilah ini meliputi wilayah luas, empat negara di kawasan, cukup mengurangi potensi lahirnya kembali fanatisme kedaerahan.

Usaha mengembalikan kata Suriah menjadi Syam sebagaimana sejarah masa lalunya, bisa menjadi salah satu kunci dalam merobah jihad lokal menjadi bercitarasa global, atau paling tidak menjadi jihad regional Syam yang meliputi Palestina, Lebanon dan Yordania dalam satu paket. Umat Islam bisa diajak untuk menyambungkan diri secara vertical sesuai garis lurus sejarah masa lalu umat Islam, tak lagi tersekat oleh batas-batas geografis kekinian.

Fenomena ini tak hanya terjadi di Timur Tengah, bahkan merambah hingga kawasan nusantara. Awalnya, forum lintas ormas umat Islam yang punya kepedulian terhadap krisis Suriah diberi nama Forum Indonesia Peduli Suriah (FIPS), tapi kini telah berobah menjadi Forum Indonesia Peduli Syam (dengan singkatan tetap FIPS). Kika Bashar Asad benar-benar lengser, dan Suriah makin kacau, nama Syam akan kian menguat sebagai bagian dari fenomena ‘salafisasi’ jihad modern.

Nama Syam jelas tak ada dalam percaturan komunikasi modern, baik sebagai nama geografis maupun nama negara. Tapi penggunaan secara masif nama Syam akan memiliki dampak psikologis bagi kawan maupun lawan. Bagi kawan, akan menghilangkan dikhotomi antara isu Palestina dan Suriah, sebab keduanya di masa lalu masuk dalam teritorial yang sama, Syam. Nama Syam juga akan memudahkan dalam melakukan edukasi kepada umat tentang fadhilah negeri Syam yang disebut dalam hadits-hadits Nabi saw, oleh karenanya termasuk negeri ‘impian’.

Bagi lawan, mengembalikan nama kawasan sebagai Syam, akan mengingatkan pada kegemilangan sejarah umat Islam di sana sebelum dipecah Perancis dan Eropa menjadi negara-negara kecil. Dengan nama Syam, musuh akan kesulitan memainkan isu nasionalisme seperti halnya dahulu mereka lakukan dengan jargon Pan Arabisme, kejayaan Arab. Sebab nama Syam akan mengingatkan masa-masa khilafah bahkan masa-masa kenabian.

Jabhat-Nushrah dan Syam
jabhan nusrahOrang boleh berdebat, apalah arti sebuah nama. Tapi tak bisa dipungkiri, dalam Islam nama mengandung doa. Nama juga bisa melahirkan persepsi dan fanatisme. Maka atas dasar itu, salah satu hal menarik yang bisa menjadi pelajaran buat gerakan jihad lain, adalah kepekaan untuk memilih nama dan merobah nama sesuai fase kematangan jihad di suatu wilayah seperti yang dilakukan Daulah Islam Iraq.

Pada tanggal 8 April 2013 dirilis pengumuman melalui internet berdurasi 21 menit, berisi rekaman suara pemimpin NII (Negara Islam Iraq alias Daulah Islamiyah Iraq) amirul mukminin Abu Bakar Al-Husaini Al-Quraisyi Al-Baghdadiy tentang penghapusan nama Jabhat-Nushrah dan penggabungan dua entitas gerakan jihad di dua teritorial yang berbeda, Iraq dan Suriah.

Inti pernyataannya, secara resmi mengumumkan ditariknya nama Jabhat-Nushrah dan Daulah Islamiyah Iraq, diganti dengan nama baru Daulah Islamiyah fil-Iraq wa-Syam (Negara Islam Iraq dan Syam – NIIS). Memang secara substansi pengumuman ini tak merubah realita apapun, karena hanya pengumuman penggantian nama dengan sistem kepemimpinan yang tetap sama.

Pengumuman ini hanyalah diplomasi nama yang disesuaikan dengan tingkat kematangan gerakan jihad. Nama Jabhat-Nushrah sudah saatnya diganti dengan nama yang lebih sesuai dengan masa depan jihad Suriah, yakni tegaknya pemerintahan Islam yang berdaulat. Maka secara resmi, pemilik nama Jabhat-Nushrah mengumumkan penggantian nama, sekaliguas menegaskan hubungan erat antara Iraq dan Syam dalam usaha jihad regional dan upaya menegakkan pemerintahan Islam yang diatur secara murni dengan syariat Islam.

Pada awalnya, memang nama Jabhat-Nusrah li-ahli Syam tepat sesuai kebutuhan, yang berarti Front Pertolongan untuk Penduduk Syam. Saat itu Suriah sedang kacau balau, yang diperlukan adalah pertolongan darurat secepatnya. Membangun kelompok perlawanan untuk memuluk balik kekuatan rejim.

Tapi setelah jengkal demi jengkal merebut tanah yang sebelumnya dikuasai Asad, sudah dipandang perlu untuk berevolusi menjadi cikal bakal negara yang berdaulat, sebelum keburu dipetik oleh pihak lain yang tak bertanggung-jawab. Ini sekaligus edukasi, sentimen kaum jihadis sama sekali bukan terhadap nama dan simbol, tapi kepada al-haqq. Nama boleh berganti sebagai bagian dari diplomasi, tapi tujuan tertinggi tetap memastikan berdaulatnya hukum Allah di bumi Allah. Strategi ini pernah berhasil di Iraq, dengan berdirinya Daulah Islamiyah Iraq, semoga juga berhasil di Syam, amin. Wallahu a’lam bisshowab.



Sumber: elhakimi.wordpress.com (dengan perubahan judul)

Menguak Hubungan Rahasia Amerika



Sejak Khilafah Utsmaniyah mengalami kekalahan pada perang dunia I, dan melalui perjanjian Sykes-Picot antara Perancis dan Inggris pada tahun 1916, Negara Perancis mulai melakukan penjajahan negeri yg kita kenal sekarang dengan nama Suriah. Untuk memahami seberapa luas pengaruh Amerika Serikat di Suriah dan untuk memetakan hubungan antara Rezim Assad dan AS, perlu untuk mempertimbangkan sejarah modern Suriah. Berikut ini terdapat 10 hal pentingsecara kronologis, mulai dari masa kolonialisasi negara-negara barat  terhadap suriah hingga saat ini  dengan memberikan penekanan keterlibatan AS di negara ini.
 1. AS dan CIA mendalangi peristiwa kudeta militer di Suriah sejak tahun 1949:
Melalui kedubesnya di Damaskus, Amerika Serikat dan badan intelijen AS (CIA), telah memimpin dalam upaya kudete militer pertama kalinya di Suriah pada tahun1949, sebagaimana diyatakan dalam sebuah buku “The Game of Nations”  oleh Miles Copeland. Hal ini menandai awal dari peperangan internasional memperebutkan Timur Tengah antara AS sebagai pendatang baru di kancah pertarungan dunia, dan Eropa (Perancis dan Inggris) yang menguasai pengaruh di kawasan tersebut namun begitu keluar dari perang dunia II dalam kondisi hancur. Amerika Serikat melalui CIA terus menerus mendukung upaya kudeta militer yg susul menyusul di Suriah dari tahun 1950an hingga 1960an melawan pesaingnya dari negara-negara eropa, hal ini membawa ketidakstabilan yang berlangsung selama lebih dari dua dekade.
2.  Hafez Assad menarik diri pada perang 1967 dalam rangka mengamankan Israel
Seorang mantan presiden Suriah, Amin a-Hafiz dalam wawancara dengan saluranAl-Jazeera pada tanggal 2 Juli 2001 menyatakan bahwa Hafez al-Assad, pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan, memerintahkan secara keras penarikan diri militer dari dataran tinggi Golan pada awal terjadinya perang. Hal ini dilakukan sebelum adanya tanda-tanda kekalahan atau konfrontasi nyata dengan militer Israel yang mengakibatkan pendudukan suatu lokasi yang strategis[1]. Melalui pergerakan seperti ini, akhirnya Assad mendapatkan kepercayaan AS untuk mempertahankan batas utara Israel, yang dia pertahankan hingga tiga dekade berikutnya.
golan
3. AS mendukung Suriah melalui resolusi PBB 242 pada tahun 1967
Resolusi PBB no 242 yang disetujui setelah perang tahun 1967atau umumnya dikenal dengan perang 6 hari dengan Isreal dan pendudukuan atas dataran tinggi Golan, memberikan suriah hak untuk mendapatkan kembali kawasan tersebut hingga sekarang [2]. AS memberikan dukungan atas perjanjian ini dan termasuk hak suriah atas kawasan dataran tinggi Golan tsb. Hal Ini sebenarnya sesuatu yg kontras dengan posisi Israel, dan bagian dari “janji palsu” menolak gagasan penyerahkan kawasan yg secara geografis sangat strategis.
4. Memperkuat hubungan AS – Suriah setelah perang 1973
Usai perang “dadakan” tahun 1973 antara Suriah dengan entitas Israel, AS semestinya menyalahkan Suriah dengan menetapkan sanksi-sanksi, namun Presiden Nixon secara pribadi membayarnya dengan sebuah agenda kunjungan ke Damaskus untuk memperkuat relasi dengan rezim Assad.
5. AS merestui pendudukan Suriah atas Lebanon sejak tahun 1976
Ketika tentara Suriah melakukan invasi ke Lebanon saat awal terjadinya perang sipil di Lebanon. Tanda diamnya Amerika Serikat atas pendudukan tersebut merupakan“sinyal hijau” kepada Hafez Al-Assad untuk memulai dan melanjutkan invasi hingga tahun 2005 ketika keluarnya resolusi dibawah mandat perancis untuk menekan Suriah agar keluar dari Lebanon dengan keengganan AS. Salah seorang analis politik menggambarkan peran AS terkait dengan hal tersebut, sembari mengatakan:“AS nampaknya secara diam-diam setuju atas keberlangsungan pendudukan Suriah di Lebanon”[3].
6. Kerjasama AS dan Suriah melalui Perjanjian Tai’f pada tahun 1989
Perjanjian Tai’f ditandatangani di Arab Saudi antara faksi-faksi  Lebanon yg berbeda untuk mengakhiri perang saudara tahun 1989. AS sendiri sebagai salah satu makelar yang berpengaruh, selain Perancis, Arab Saudi, Mesir dan Suriah yg membantu penyusunan perjanjian, “merupakan pihak yg memberikan dukungan internasional kepada Suriah untuk mengawal  kasus Lebonon” [4].
7. Suriah ikut bergabung dalam kampanye AS menginvasi Iraq pada tahun 1991
Negara Suriah ikut mendukung kampanya perang AS melawan Iraq dalam(operasi badai gurun)dan ikut mengirimkan 14.500 tentara dan personel untuk membantu AS dalam Invasi militer ke Iraq [5].
8. AS menengahi negosiasi antara Suriah dan Israel selama tahun 1990-an
Hafez Al-Assad, selaku Presiden Suriah menerima AS sebagai salah satu mediator perselisihan antara Suriah dan Israel. Kepala Staf Militer,Letjen Hikmat al-Shihabi, memimpin delegasi ke AS dengan agenda mendiskusikan negosiasi damai atas permasalahan tersebut. Dalam salah satu wawancara dengan saluran televisi Rusia,Rusia Today TV, seorang mantan Menteri Pertahanan Suriah dan salah seorang pendukung utama rezim Assad, Mustafa Tlas, mengatakan dengan berani bahwa al-Shihabi adalah seorang agen CIA untuk AS [6].
9.  Kerjasama intelijen antara CIA dan Suriah dalam penganiayaan tahanan sejak 2001
Hubungan dekat antara CIA dan rezim suriah nampak begitu hangat, bahkan berlangsung ketika rezim suriah dicap sebagai negara bengis, rezim suriah memberikan pelayanan untuk melakukan pekerjaan kotor dengan CIA. Rezim Suriah mempergunakan badan intelijen yg dimiliknya untuk mengorek informasi dari tahanan dan tawanan perang melalui penganiayaan untuk kepentingan CIA. Salah satu kasus terkenal yg mendapatkan liputan pemberitaan Internasional adalah kasus yang menimpa warga negara Kanada, Maher Arar [7].
cia
10. Dukungan AS kepada Rezim Suriah selama Revolusi 2011
Sebagaimana pernah diulas secara rinci melalui artikel sebelumnya dalam situs kami dihttp://www.revolutionobserver.com, Amerika Serikat telah lama membisu dan hanya menjadi penonton atas pembantaian penduduk sipil suriah selama hampir 2 tahun, termasuk juga menolak mempersenjati pemberontak untuk melindungi diri mereka sendiri dan menggulingkan Assad.
Nampak terlihat dengan jelas, Amerika Serikat telah berupaya sejak awal berdirinya negara suriah modern untuk “memasang” antek2nya dalam kekuasaan melaluikudeta militer. Meskipun AS terus berdalih melalui retorika publik melawan Suriah, AS telah mencapai puncak hegemoninya secara sempurna ketika Hafez al-Assad , mengambil alih kekuasaan pada tahun 1970. Sejak naiknya Assad, Suriah menjadi negara yg dipergunakan untuk operasi sembunyi-sembunyi bagi AS, termasuk melayani kepentingan AS di kawasan tersebut dan melindungi batas-batas utara entitas Israel, meskipun kelihatannya negara ini mengklaim sebagai pemimpin perlawanan terhadap Israel di kawasan Arab.

LIPUTAN DAKWAH

More on this category »

AUDIO KAJIAN ISLAM

More on this category »

KONSPIRASI MUSUH ISLAM

More on this category »

HOT NEWS

More on this category »

ARTIKEL ISLAM

More on this category »

Translate